Sang Pendaki Sunyi namanya Julian Vincent Anthoine yang lahir di Kidderminsten Inggris pada tanggal 1 Agustus 1939. Dikalangan Komunitas Pendaki Gunung Internasional dia lebih dikenal dengan sebutan Mo Anthoine walaupun dalam kenyataannya dia tidak setenar Hillary, Messner, Bonington atau bahkan Jurek Kukuczka.
Tidak banyak referensi tentang dia, baik dari mesin pencari maupun kabar dari pendaki. Sedikit informasi tentang dia adalah saat Mo Anthoine dan Clive Rowland melakukan tindakan penyelamatan heroik “seminggu di tengah badai salju” terhadap dua kawannya, Chris Bonington dan Doug Scott di Baintha Brakk atau Ogre ( 7285 m ). Mungkin, satu - satunya sumber informasi yang representatif untuk Mo adalah biografi tentang dirinya yang ditulis oleh sahabatnya, Al Alvarez; “Feeding the Rat: Profile of a Climber” ( 1988 ).
Mo adalah sosok yang unik. Sebagian besar hidupnya dipenuhi dengan petualangan atau pun pengembaraan. Ia meninggalkan King Charles I School pada usia enam belas tahun dan bergabung untuk menjadi managemen trainee dalam industri karpet. Disinilah pengalaman pertama mendaki gunung dia dapatkan ketika mengikuti program Outward Bound sebagai bagian dari pelatihan manajemen ketika itu.
Ia kemudian berpindah kerja ke Ogwen Cottage Outdoor Centre di Snowdonia sebagai instruktur. Ia juga melakukan perjalanan di awal usia 20, melalui Eropa, Asia sampai Australia pada 1961 - 1964 dan sempat bekerja di sebuah tambang asbes di Australia. Setelah kembali ke Inggris, ia bekerja sebagai seorang guru sebelum menetap di North Wales pada tahun 1968 dan memulai bisnisnya pada perusahaan manufaktur helm pendakian – yang belakangan banyak membiayai petualangan - petualangannya.
Ia melakukan beberapa pendakian pertama ( first ascent ) di North Wales. Di Alpen, dia juga terlibat dalam perjuangan enam hari menembus badai di dekat puncak Mont Blanc dan memotivasi yang lain untuk tetap bertahan hidup. Tujuh orang pendaki gugur pada peristiwa tersebut.
Mo Anthoine barangkali tetap tidak dikenal di luar komunitas pendaki gunung bila tidak bersahabat dengan penulis dan novelis Al Alvarez. Dia mungkin telah menyelamatkan hidup Alvarez di Dolomites pada tahun 1964. Ketika mereka mendaki sisi utara ( North Face ) Cima Grande di Lavaredo, keduanya terperangkap oleh badai salju yang dahsyat.
Mereka terpaksa bermalam di sebuah overhang kecil dengan pakaian basah dan dalam kondisi yang beku. Alvarez tidak yakin kalau mereka mampu bertahan dari kebekuan, tapi Anthoine tetap stabil dan dengan tenang menjaga semangat kawannya tersebut; mengajak ngobrol Alvarez sepanjang malam agar kesadarannya tetap terjaga sehingga sirkulasi dalam tubuhnya dapat terus berlangsung normal.
Mereka akhirnya dapat bertahan sampai keesokan harinya dan hanya mengalami radang dingin ringan. Alvarez lalu menulis sebuah kisah fiktif tentang kejadian tersebut untuk The New Yorker pada tahun 1971, diikuti dengan biografi penuh tentang Mo Anthoine pada tahun 1988, Feeding The Rat, sebuah buku yang menggambarkan kebutuhan Mo terhadap petualangan seperti tikus lapar yang menggerogoti makanannya.
Ia kerap mengambil bagian dalam ekspedisi ke Himalaya. Pada tahun 1976 Mo dan Joe Brown membuat pendakian pertama ke Trango Tower. Dua tahun kemudian, pada ekspedisi ke Ogre, ia dan Clive Rowland menyelamatkan nyawa Doug Scott ( yang telah patah kedua kaki ) dan Chris Bonington ( yang telah patah beberapa tulang rusuk ) dalam perjalanan turun selama tujuh hari ditengah hantaman badai salju dan kondisi kelaparan karena kehabisan makanan.
Insiden itu menarik perhatian yang sangat besar dari media karena melibatkan dua pendaki profesional dan terkenal saat itu ( Bonington dan Doug Scott ). Tapi kesederhanaan Mo sangat jelas terlihat disini. Ia cukup puas untuk tetap di berada di belakang layar dan hanya mengambil sedikit bagian saja.
Mo memang seorang pendaki yang begitu sunyi. Ia mendaki lebih untuk kesenangan dibanding prestasi dan pamor ( apalagi pamer ). Keselamatan perjalanan dan persahabatan dengan teman - teman lebih diutamakannya dari pada ambisinya sendiri mencapai puncak. Ia kadang dikritik karena kehati - hatiannya. Tetapi responnya terhadap hal tersebut sangat simpel: “Gunung tidak mengenal siapapun!”
Rekornya hampir tak tertandingi dan menunjukkan bahwa ia seringkali benar dalam menilai gunung atau menerapkan strategi secara teknis. Dan kenyataannya, selama lebih dari dua puluh ekspedisi ke pegunungan raksasa, ia tidak pernah sekalipun kehilangan teman sependakiannya di gunung. Eekspedisi terakhirnya adalah upaya ke puncak Everest pada 1988 dalam sebuah Ekspedisi yang dipimpin oleh Brummie Stokes. Meski gagal mencapai puncak tapi mereka berhasil membuat rute baru di Northeast Ridge sampai sejauh titik persimpangan dengan North Ridge.
Dimata teman - temannya, Mo dikenal sebagai pribadi yang jujur dan tanpa basa - basi. Sikapnya yang satir dan sedikit pendiam, terkadang salah diterjemahkan sebagai sebuah keangkuhan yang egois bagi orang yang pertama mengenalnya. Kenyataannya, ketika ia meninggal akibat tumor otak pada 12 August 1989, lebih 500 orang menghadiri pemakamannya.
Hal ini tidak saja memberi bukti bagi kontribusinya terhadap komunitas pendaki gunung internasional. Lebih dari itu, Mo sebenarnya telah berhasil membuktikan bahwa sikap dan kualitas pribadi, jauh lebih berharga dibanding prestasi di sebuah puncak tertinggi atau rute tersulit sekalipun!
Tidak banyak referensi tentang dia, baik dari mesin pencari maupun kabar dari pendaki. Sedikit informasi tentang dia adalah saat Mo Anthoine dan Clive Rowland melakukan tindakan penyelamatan heroik “seminggu di tengah badai salju” terhadap dua kawannya, Chris Bonington dan Doug Scott di Baintha Brakk atau Ogre ( 7285 m ). Mungkin, satu - satunya sumber informasi yang representatif untuk Mo adalah biografi tentang dirinya yang ditulis oleh sahabatnya, Al Alvarez; “Feeding the Rat: Profile of a Climber” ( 1988 ).
Mo adalah sosok yang unik. Sebagian besar hidupnya dipenuhi dengan petualangan atau pun pengembaraan. Ia meninggalkan King Charles I School pada usia enam belas tahun dan bergabung untuk menjadi managemen trainee dalam industri karpet. Disinilah pengalaman pertama mendaki gunung dia dapatkan ketika mengikuti program Outward Bound sebagai bagian dari pelatihan manajemen ketika itu.
Ia kemudian berpindah kerja ke Ogwen Cottage Outdoor Centre di Snowdonia sebagai instruktur. Ia juga melakukan perjalanan di awal usia 20, melalui Eropa, Asia sampai Australia pada 1961 - 1964 dan sempat bekerja di sebuah tambang asbes di Australia. Setelah kembali ke Inggris, ia bekerja sebagai seorang guru sebelum menetap di North Wales pada tahun 1968 dan memulai bisnisnya pada perusahaan manufaktur helm pendakian – yang belakangan banyak membiayai petualangan - petualangannya.
Ia melakukan beberapa pendakian pertama ( first ascent ) di North Wales. Di Alpen, dia juga terlibat dalam perjuangan enam hari menembus badai di dekat puncak Mont Blanc dan memotivasi yang lain untuk tetap bertahan hidup. Tujuh orang pendaki gugur pada peristiwa tersebut.
Mo Anthoine barangkali tetap tidak dikenal di luar komunitas pendaki gunung bila tidak bersahabat dengan penulis dan novelis Al Alvarez. Dia mungkin telah menyelamatkan hidup Alvarez di Dolomites pada tahun 1964. Ketika mereka mendaki sisi utara ( North Face ) Cima Grande di Lavaredo, keduanya terperangkap oleh badai salju yang dahsyat.
Cima Grande |
Mereka terpaksa bermalam di sebuah overhang kecil dengan pakaian basah dan dalam kondisi yang beku. Alvarez tidak yakin kalau mereka mampu bertahan dari kebekuan, tapi Anthoine tetap stabil dan dengan tenang menjaga semangat kawannya tersebut; mengajak ngobrol Alvarez sepanjang malam agar kesadarannya tetap terjaga sehingga sirkulasi dalam tubuhnya dapat terus berlangsung normal.
Mereka akhirnya dapat bertahan sampai keesokan harinya dan hanya mengalami radang dingin ringan. Alvarez lalu menulis sebuah kisah fiktif tentang kejadian tersebut untuk The New Yorker pada tahun 1971, diikuti dengan biografi penuh tentang Mo Anthoine pada tahun 1988, Feeding The Rat, sebuah buku yang menggambarkan kebutuhan Mo terhadap petualangan seperti tikus lapar yang menggerogoti makanannya.
Ia kerap mengambil bagian dalam ekspedisi ke Himalaya. Pada tahun 1976 Mo dan Joe Brown membuat pendakian pertama ke Trango Tower. Dua tahun kemudian, pada ekspedisi ke Ogre, ia dan Clive Rowland menyelamatkan nyawa Doug Scott ( yang telah patah kedua kaki ) dan Chris Bonington ( yang telah patah beberapa tulang rusuk ) dalam perjalanan turun selama tujuh hari ditengah hantaman badai salju dan kondisi kelaparan karena kehabisan makanan.
Insiden itu menarik perhatian yang sangat besar dari media karena melibatkan dua pendaki profesional dan terkenal saat itu ( Bonington dan Doug Scott ). Tapi kesederhanaan Mo sangat jelas terlihat disini. Ia cukup puas untuk tetap di berada di belakang layar dan hanya mengambil sedikit bagian saja.
Mo memang seorang pendaki yang begitu sunyi. Ia mendaki lebih untuk kesenangan dibanding prestasi dan pamor ( apalagi pamer ). Keselamatan perjalanan dan persahabatan dengan teman - teman lebih diutamakannya dari pada ambisinya sendiri mencapai puncak. Ia kadang dikritik karena kehati - hatiannya. Tetapi responnya terhadap hal tersebut sangat simpel: “Gunung tidak mengenal siapapun!”
Rekornya hampir tak tertandingi dan menunjukkan bahwa ia seringkali benar dalam menilai gunung atau menerapkan strategi secara teknis. Dan kenyataannya, selama lebih dari dua puluh ekspedisi ke pegunungan raksasa, ia tidak pernah sekalipun kehilangan teman sependakiannya di gunung. Eekspedisi terakhirnya adalah upaya ke puncak Everest pada 1988 dalam sebuah Ekspedisi yang dipimpin oleh Brummie Stokes. Meski gagal mencapai puncak tapi mereka berhasil membuat rute baru di Northeast Ridge sampai sejauh titik persimpangan dengan North Ridge.
Dimata teman - temannya, Mo dikenal sebagai pribadi yang jujur dan tanpa basa - basi. Sikapnya yang satir dan sedikit pendiam, terkadang salah diterjemahkan sebagai sebuah keangkuhan yang egois bagi orang yang pertama mengenalnya. Kenyataannya, ketika ia meninggal akibat tumor otak pada 12 August 1989, lebih 500 orang menghadiri pemakamannya.
Hal ini tidak saja memberi bukti bagi kontribusinya terhadap komunitas pendaki gunung internasional. Lebih dari itu, Mo sebenarnya telah berhasil membuktikan bahwa sikap dan kualitas pribadi, jauh lebih berharga dibanding prestasi di sebuah puncak tertinggi atau rute tersulit sekalipun!
Wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar