PENDAHULUAN
Setiap kegiatan di alam terbuka selalu memiliki resiko untuk terjadi kecelakaan. Sebenarnya kasus kecelakaan di kegiatan alam terbuka relatif kecil, akan tetapi setiap terjadi suatu kecelakaan selalu di ekspose secara besar - besaran sehingga banyak pihak yang menganggap bahwa kegiatan alam terbuka resikonya jauh lebih besar. Padahal kalau kita membaca surat kabar setiap hari selalu terjadi kecelakaan di jalan raya, tetapi orang menganggap bahwa naik motor atau mobil jauh lebih aman daripada melakukan kegiatan petualangan di alam terbuka.
Pada dasarnya pada semua kegiatan alam terbuka bahaya kegiatan ini selalu terbagi dalam dua jenis, yaitu bahaya dari pelaku kegiatan dan bahaya yang berasal dari lingkungan atau alam. Bahaya dari segi pelaku kegiatan sebenarnya dapat diminimalkan sekecil mungkin dengan melakukan persiapan pengetahuan, fisik, teknis dan non teknis. Sedangkan bahaya dari segi lingkungan untuk sebagian orang tidak dapat diperhitungkan, misalnya faktor cuaca, tetapi untuk kegiatan speleologi dan penelusuran gua semua faktor masih dapat diperhitungkan, sehingga yang paling berperan adalah faktor human error / kesalahan dari pihak manusia sebagai pelaku kegiatan.
Dalam kegiatan speleologi dan penelusuran gua, bahaya dari faktor lingkungan dapat diminimalkan bahkan dihilangkan bila kualitas SDM / pelaku kegiatan di optimalkan, serta konsekuen terhadap etika, moral dan kewajiban penelusuran gua.
KLASIFIKASI dan URAIAN BAHAYA GUA
Dalam kegiatan speleologi dan penelusuran gua bahaya ini diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
A. ANTHROPOSENTRISME
B. SPELEOSENTRISME
Anthroposentrisme adalah bahaya yang dapat menimpa manusia sebagai pelaku kegiatan penelusuran gua, terbagi lagi menjadi bahaya yang disebabkan oleh manusia itu sendiri dan bahaya yang disebabkan oleh gua sebagai media kegiatan penelusuran.
Beberapa bahaya dari sisi Anthroposentrisme ini adalah :
1. FAKTOR MANUSIA
a. Ceroboh , sembrono , nekad
* Kurang persiapan ( informasi, fisik, teknik, perlengkapan, logistik )
* Tidak menguasai teknik dan peralatan ( salah alat, melepas alat, tidak disimpul )
* Tidak menguasai teknik penelusuran ( panjat, renang, selam, SRT )
* Terpeleset
* Memilih pijakan labil
* Kepala terantuk batu , ornamen, atap gua
* Merubah formasi gua
* Tidak mematuhi Etika, Moral dan Kewajiban penelusuran gua
* Memaksakan diri mengejar target kegiatan
b. Tersesat
* Kurang pengamatan pada waktu masuk
* Sumber cahaya habis
* Gua labirin dan bertingkat
* Terlalu lelah
c. Tenggelam
* Tidak dapat berenang
* Dapat berenang tetapi sembrono
* Cave Diving
d. Salah dalam pembagian Tim penelusuran
* Tidak sesuai kemampuan
* Pembagian beban tidak merata
2. FAKTOR PERALATAN
a. Berkurangnya kualitas peralatan
* Aus ( pemakaian over, tidak dirawat, salah pakai, dll )
* Rusak ( terpakai, tersimpan, jatuh, dll )
* Friksi pada saat penggunaan
b. Penggunaan tidak semestinya
* Terkena beban ungkit, beban bukan pada arah yang direkomendasikan
* Descending terlalu dalam, terlalu cepat
c. Beban berlebihan
* Salah pemasangan lintasan
* Transfer barang, Rescue
d. Penyusutan tidak terkontrol
* Penyimpanan
* Penggunaan
* Pencucian
3. FAKTOR GUA DAN ALAM
1. Banjir, tenggelam, arus deras, sump, siphon, lumpur dalam, lumpur hisap
2. Runtuh
- gempa
- labil
- penambangan
- umur gua
- manusia
- O2 tipis,
- CO, CO2 tinggi,
- Nitrogen,
- Sulfur,
- Racun karbit (link ke The Newsletter of Cave Conservation and Management ), senyawa karbit
d. Penyakit akibat virus, bakteri, dan jamur .
e. Binatang berbahaya
* berbisa,
* beracun,
* menyengat,
* menggigit,
* mengisap darah,
f. Tanaman berbahaya ( jelatang, kemadoh, lugut / aur / duri halus, dll )
g. Air mengandung bakteri Coli, air akumulasi guano, air kencing binatang pengerat (tikus)
h. Hipothermia ( Kedinginan, penurunan suhu tubuh )
* Sungai bawah tanah
* Angin
* Tidak membawa pakaian yang memadai
* Kurang kalori
* Kebanjiran
i. Dehidrasi ( Kekurangan cairan tubuh )
* Haus yang berlebihan
* Gua pengap dan panas
* Udara tidak mengalir
j. Debu halus ( batuk, sakit mata, pernafasan terganggu )
k. Tersambar petir ( di permukaan, di dalam melalui aliran air )
l. Terkena aliran listrik ( lampu, genset, pompa air )
m. Mistis, mitos, legenda ( bahaya sekunder )
* Kepercayaan masyarakat
* 'X' File, mahluk halus
* Pelecehan terhadap Juru Kunci
Speleosentrisme adalah bahaya yang dapat menimpa gua akibat dipergunakan sebagai media kegiatan penelusuran gua.
- Pengaruh terhadap bentukan di dalam gua
- Pengotoran lingkungan gua ( vandalisme, sampah, aroma tak sedap )
- Perusakan ornamen gua ( pematahan perusakan, pengambilan, corat - coret )
- Perusakan oleh penambangan di dalam gua
- Perusakan sistem hidrologi dan kualitas airnya
- Pembuatan bangunan dengan design overkill
2. Pengaruh terhadap ekosistem gua ( akibat kunjungan berlebihan, suara berlebihan, cahaya berlebihan, kotoran dari luar masuk ke dalam gua )
1. Avia fauna
2. Aqua fauna
3. Pengaruh terhadap ekosistem karst
1. Pengaruh ledakan populasi hama akibat terganggunya biota gua ( walet, Sriti, Kelelawar )
2. Binatang langka terusik dari gua ( harimau, srigala, dll )
1. ANTISIPASI
Antisipasi untuk masing - masing klasifikasi bahaya berbeda - beda, tetapi pada dasarnya adalah bagaimana kegiatan penelusuran gua ini dapat dilakukan tanpa menimbulkan bahaya bagi pelaku maupun bagi guanya, sehingga hasil dari kegiatan penelusuran gua ini bermanfaat bagi penelusur gua maupun bagi masyarakat sekitar gua.
Satu - satunya jalan untuk lepas dari bahaya Anthroposentrisme adalah dengan konsekuennya pelaku kegiatan terhadap Etika, Moral dan Kewajiban Penelusur Gua, serta selalu meningkatkan kualitas pengetahuan kita terhadap pengetahuan pendukung speleologi. Sedangkan antisipasi bagi gua - gua yang memiliki nilai ilmiah tinggi adalah dengan :
1. Memberlakukan prosedur perijinan yang ketat
2. Menciptakan SDM yang standar untuk mengawasi dan mengontrol gua - gua yang sering dikunjungi
3. Memberdayakan dan pelibatan masyarakat setempat untuk menjaga gua - gua di lokasi mereka
4. Menjaga kepercayaan masyarakat dan meng-angkerkan gua tertentu demi tujuan konservasi
5. Mengangkat jurukunci khusus untuk menjaga gua tertentu
II. REFERENSI INSIDEN
1. Insiden yang pernah terjadi dalam kegiatan penelusuran gua : banjir, kejatuhan batu, blocking di simpul dan sambungan, terpeleset
2. Kecelakaan dalam penelusuran gua ( L. Kayu Ares, gua Kedung Pawon, gua Sriti, gua Buniayu, L. Jati )
3. Kerusakan gua akibat kegiatan manusia
1. Penelusuran gua : G. Seropan (Ponjong, Gunung Kidul), G. Semuluh (Semanu, Gunung Kidul), L. Jaran (Pacitan), L. Cokro (Ponjong, Gunung Kidul)
2. Wisata : Gua Jatijajar (Ayah, Kebumen), Gua Gong (Pacitan), gua Tabuhan (Pacitan)
3. Penambangan : gua Cenguk (Ponjong, Gunung Kidul), Gua Pucung (Buayan), gua Lalay, gua Lawa
4. Lain - lain : Gua Rahayu Adipala
Tidak ada komentar:
Posting Komentar