Selasa, 07 Februari 2012

Kala cemeti, monster di kegelapan


Bagi para pecandu film Harry Potter terutama sekuel “Harry Potter and the Goblet of Fire”, penampilan binatang ini mungkin tidak luput dari perhatian para penonton. Tampangnya yang menyeramkan dengan duri-duri yang tajam di  bagian capitnya menambah semakin seram dengan kisah film Harry Potter yang khas dengan cerita magis dibumbui dengan binatang-binatang yang aneh. Dalam aksinya di film Harry Potter, kala cemeti nampak menjadi bahan demonstrasi dalam kelas. Binatang ini digambarkan bisa membesar badannya dan meregangkan capitnya yang seram seakan siap menelan apa yang ada di depannya. Sang guru, Mad-Eye Moody, pun sempat bilang kalau binatang itu tidak berbahaya ketika kala cuka menempel di kepala muridnya.
Salah satu aksi kala cemeti dalam film Harry Potter
Kala cemeti yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan “whip-spider” atau “tailess whip-scorpiones” dalam bahasa latin dikenal dengan Amblypygi merupakan salah satu binatang dalam Kelas Arachnida, sub-phyllum Chelicerata yang tidak berbahaya meskipun mempunya penampakan yang menyeramkan.
Kelompok ini dicirikan dengan bentuk tubuh yang pipih, dengan capit yang dilengkapi dengan duri-duri yang panjang dan tajam, kaki empat pasang dengan sepasang kaki paling depan telah termodifikasi berbentuk antena yang tersusun oleh puluhan ruas menambah penampakan yang semakin menyeramkan. Bagian tubuh secara khas dibedakan menjadi dua bagian yaitu Prosoma (cephalothorax) dan abdomen. Semua pasang kaki melekat di bagian prosoma yang merupakan bagian kepala (cephala) dan dada (thorax) yang mereduksi menjadi satu.
Binatang ini mempunyai delapan mata yang tersusun menjadi tiga kelompok mata yaitu sepasang mata tengah yang terdiri dari dua mata, kemudian dua kelompok mata yang berada di bagian samping terdiri masing-masing tiga mata. Peran mata di binatang ini rasanya kurang banyak berperan mengingat kala cemeti lebih banyak hidup dan beraktifitas di malam hari dan lebih menyukai tempat-tempat yang lembab dan gelap.
Keragaman
Saat ini, di dunia dikenal sedikitnya ada lebih 14o jenis yang telah terdeskripsi dari 17 marga dari lima suku. Ke lima suku tersebut adalah Paracharontidae (1 marga), Charinidae (2 marga), Charontidae (2 marga), Phrynichidae (7 marga) dan Phrynidae (4 marga) (Harvey 2003).
Charon grayi dari Gua Sodong, Gunung Kidul sedang menggendong anaknya (C. Rahmadi)
Di Indonesia, dikenal ada tiga suku yang pernah dilaporkan ditemukan tersebar di pulau-pulau Indonesia. Ketiga suku tersebut adalah Charinidae, Charontidae dan Phrynidae. Jumlah jenis yang ditemukan di Indonesia masih tergolong rendah mengingat belum banyak kegiatan eksplorasi tentang kala cemeti yang dilakukan di Indonesia.
Namun diyakini bahwa jumlah jenis yang sampai saat ini tidak lebih dari jumlah jari tangan masih bisa bertambah jumlahnya dengan kegiatan penelitian taksonomi jenis ini secara intensif.
Distribusi
Kelompok kala cemeti di dunia tersebar di daerah tropis dan subtropis dengan sebaran beberapa suku sangat khas di daerah tertentu dan  ada satu famili yang tersebar di lingkar tropis. Kelompok famili yang tersebar luas adalah Charinidae yang tersebar di lingkar tropis. Suku Charontidae dikenal sangat khas hanya ditemukan di kawasan Asia Tenggara sampai Australia bagian utara. Suku Paracharontidae yang merupakan satu-satunya suku yang mempunyai satu jenis dari satu marga dan merupakan kelompok paling primitif hanya di temukan di daratan benua Afrika. Suku Phrynchidae dikenal tersebar di daratan Afrika, Arabia, India sampai di bagian timur sekitar Kamboja dan Vietnam. Sedangkan Suku Phrynidae sebelumnya dikenal hanya ditemukan di daratan Amerika bagian tengah namun secara mengejutkan ditemukan di Pulau Flores di kepulauan Lesser Sunda (Indonesia).
Habitat
Kala cemeti merupakan salah satu binatang yang menyukai tempat gelap dan lembab. Di hutan-hutan, pada siang hari mereka bersembunyi di bawah batu, di bawah kayu lapuk, di celah-celah pohon atau tempat-tempat tertutup lainnya. Di daerah yang pemukiman, mereka terkadang ditemukan hidup di tumpukan batu, batu bata, atau bahkan di kamar mandi.
Perilaku kawin kala cemeti yang sempat teramati di salah satu gua di Pacitan
Tempat yang lebih banyak dan mudah ditemukan adalah gua. Kala cemeti sangat mudah ditemukan hidup di dinding gua dengan perawakann nya yang khas dan menyeramkan. Di dalam gua, mereka jarang bersembunyi atau mencari tempat untuk berlindung karena kondisi gua yang sudah gelap total.
Aktivitas
Kala cemeti lebih banyak beraktivitas di malam hari jika mereka termasuk kelompok yang hidup di luar gua. Pada malam hari mereka berburu mangsa dan juga kawin. Mereka memangsa binatang-binatang malam seperti jangkrik, kecoak dan serangga lainnya. Di belahan selatan benua Amerika pernah dilaporkan kelompok ini mempunyai kemampuan untuk berburu udang di dalam air dan mampu bertahan di dalam air untuk beberapa waktu.
Namun jika mereka ditemukan di dalam gua, aktivitas berburu dan kawin terkadang dapat ditemukan pada siang hari seperti yang pernah saya amati di beberapa gua di Jawa. Perilaku kawin dan makan untuk kala cemeti yang hidup di dalam gua sepertinya tidak dipengaruhi oleh siklus siang malam yang terjadi di luar gua. Namun penelitian tentang irama biologis untuk  kelompok kala cemeti belum pernah dilaporkan sebelumnya.
Peran
Kala cemeti merupakan kelompok predator yang memangsa binatang lain seperti jangkrik kecoak dan serangga lain. Dalam satu ekosistem, contohnya di ekosistem hutan, kala cemeti merupakan bukan sosok pemburu mangsa yang aktif, mereka lebih banyak menunggu mangsa yang lewat disekitarnya. DI malam hari, kala cemeti dapat ditemukan menempel di batang pohon sambil menunggu mangsa. Selain itu, seperti yang pernah saya amati ketika mengunjungi Pulau Batanta, binatang ini ditemukan di atas batu ditepian sungai sedang menunggu mangsa.
Kala cemeti sedang memangsa jangkrik di Gua Semuluh, Gunung Kidul (C. Rahmadi)
Di beberapa gua juga sempat saya temukan mereka sedang memangsa jangkrik maupun kecoak gua.
Ancaman kelestarian
Kala cemeti merupakan salah satu binatang yang tidak banyak dikenal. Meskipun tergolong binatang yang diketahui sejak jaman Karbon sampai sekarang namun jumlah jenis nya tidak terlalu banyak dibandingkan kerabatnya seperti laba-laba dan kalajengking.
Di dunia, belum ada satupun jenis yang dilindungi seperti dikategorikan dalam IUCN maupun masuk dalam daftar CITES meskipun beberapa jenis khususnya dari Afrika dikenal sangat banyak diperdangkan sebagai binatang peliharaan.
Di Indonesia sama sekali belum banyak jenis dari kelompok Arachnida yang masuk dalam daftar lindungan. Beberapa jenis arachnida seperti kalajengking, laba-laba tarantula banyak dikenal diperdangkan dan juga menjadi salah satu komoditi ekspor.
Perdagangan sebagai salah satu ancaman keberadaan beberapa jenis Arachnida khususnya kala cemeti sampai saat ini belum banyak menjadi perhatian khusus. Hal ini mengingat minimnya pengetahuan dan minimnya ahli kelompok arachnida yang dapat ditemukan di Indonesia.
Selain ancaman perdagangan, ancaman penebangan hutan juga dapat mengganggu jenis-jenis yang ditemukan hidup di hutan-hutan seperti salah stu jenis yang ditemukan di hutan Ujung Kulon. Selain itu, meningkatnya aktifitas penambangan kapur di beberapa kawasan karst dapat meningkatkan potensi rusaknya habitat kala cemeti yaitu gua-gua karst yang banyak tersebar di hampir semua pulau di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar