Senin, 20 Februari 2012

Norman Edwin Sang Petualang Multi Talenta


Norman Edwin, siapa yang belum mengenalnya? Dialah selama ini yang dikenal oleh kalangan petualang sebagai petualang yang multi talenta di berbagai kegiatan outdoor. Bersama Mapala UI, organisasi yang memayunginya, alm. Norman Edwin aktif dalam mengembangkan kegiatan mendaki gunung, panjat tebing, susur gua, arung jeram, kayaking, menyelam dan terjun payung.


Dari semua jenis outdoor tersebut, hanya diving atau menyelam dan terjun payung kiprah Norman tidak begitu santer terdengar. Hebatnya, dari berbagai jenis outdoor yang ditekuni, beliau tidak hanya sekedar melakukannya. Beliau di akui sangat ahli dalam hal skill dan jam terbangnya sangat tinggi.

Di Mountainering, dia tercatat menelorkan ide pertama kali Seven Summits ( pendakian 7 atap tertinggi tiap benua ) ke Indonesia, meski akhirnya harus menghembuskan nafas saat mendaki gunung Aconcagua.

Di Arung Jeram, dia di kenal sebagai skyper yang handal. Banyak ekpedisi pengarungan yang di lakoni berjalan sukses. Seperti misalnya ketika beliau dan rekan - rekannya mencatatkan diri sebagai kelompok pertama yang berhasil mengarungi Krueng Tripa sejauh 100 kilometer, mulai dari Kala - kuang di Aceh Tenggara sampai Alue Waki di Aceh Barat.

NORMAN EDWIN DAN CAVING

Sebagai seorang yang memiliki gairah tinggi dalam dunia kepetualangan, Norman Edwin juga ikut meletakkan dasar keilmuan tentang aktivitas caving di Indonesia. Bersama kawan - kawannya dia membentuk Persatuan Speleologi dan Caving Indonesia ( Specavina ). Kawan - kawannya yang ikut tergabung di sini antara lain dr. Ko King Tjoen, Dr. Budi Hartono, dan Effendi Soleman.

Saat organisasi ini di rintis oleh mereka, ada banyak kendala yang membuat perjalanan aktivitas organisasi berjalan kurang mulus. Salah satu penyebabnya dikarenakan minimnya keilmuan tentang gua. Di tambah ketidaktersediaan perlengkapan yang di perlukan saat ekspedisi penelusuran gua. Saat itu belum ada tempat ( toko ) yang menjual peralatan caving di Indonesia.

Sementara dalam hal penyebaran keilmuan, Specavina tergolong sangat "selektif". Hanya mereka yang memiliki latar belakang keilmuan atau yang menyukai pengetahuan tentang speleologi yang boleh bergabung. Specavina sebagai pelopor ketika itu sengaja lebih menonjolkan unsur ilmiahnya ( speleologi ) ketimbang ”olahraganya”.

Salah satu aspek yang harus diketahui penggemar Susur Gua adalah pengetahuan dasar geologi. Terutama bagaimana awal gua itu terbentuk, di daerah mana bisa ditemukan, sifat batuannya, jenis gua, dan sebagainya.

Setelah mengetahui hal ini, di harapkan seorang caver mampu mendeteksi kemungkinan goa dapat ditemukan. Kondisi di kawasan batu gamping ( karst ) biasanya yang menjadi tujuan utama ekspedisi penelusuran gua. Karena memang di ungkapkan dalam teori spelelogi.

Selain dasar geologi, aspek lain yang tak kalah penting adalah biologi gua ( biospeleologi ). Dengan memiliki pengetahuan ini, penelusur gua ( caver ) bisa membandingkan kehidupan di dalamnya: flora fauna antara gua yang satu dengan lainnya. Tidak menutup kemungkinan, jika seorang caver nantinya menemukan spesies baru. Seandainya hal ini di temukan, setidaknya mereka bisa mengetahui cara yang tepat untuk membawa maupun mendokumentasikan sebelum di identifikasi lebih lanjut oleh pakarnya. Source

Tidak ada komentar:

Posting Komentar