Selasa, 24 Januari 2012

Napak Tilas Situs Megalitik Gunung Padang dan Stasiun Lampegan

Sabtu, 21 Januari 2012 pukul 08:00 langit Bogor begitu cerah saat mobil yang membawa saya dan tiga rekan dari Komunitas Napak Tilas Peninggalan Budaya (NTPB) melaju menuju Warungkondang Cianjur Jawa Barat. Ketika sampai di perempatan Ciawi, antrian kendaraan menuju puncak terlihat padat, maka kami memutuskan untuk menempuh jalan Sukabumi. Namun ternyata jalan ini pun tidak membuat kami bebas dari kemacetan. Akhirnya kami tiba di Warungkondang pada sekitar pukul 13:00. Dan tiba ditempat yang kami tuju pada pukul 14:00. Itu berarti perjalanan yang kami tempuh adalah sekitar 6 jam!


Sebenarnya apa yang kami cari pada siang tadi? Sebagai pemburu tempat-tempat bersejarah, tentu saja maksud kami menuju gunung yang di kelilingi perkebunan teh ini adalah dalam rangka menapaktilasi keberadaan para leluhur yang berada di Gunung Padang, Desa Karyamukti Kecamatan Campaka,Kabupaten Cianjur.

Untuk mencapai Gunung Padang dari Cianjur, pengunjung bisa melalui Cibeber atau Warungkondang. Tadi siang karena muncul dari arah Sukabumi, maka kami melalui Warungkondang. Dari belokan Warungkondang jarak menuju Gunung Padang sekitar 20 km dengan kondisi jalan hampir 80 persen tidak mulus. Jika tidak membawa mobil, pengunjung bisa menggunakan ojeg dari belokan Warungkondang. Namun ongkosnya sangat mahal, Rp 100 ribu untuk sekali jalan.13271675901714623391

Satu jam perjalanan dari belokan Warungkondang, karena begitu banyaknya papan yang menunjukkan arah menuju Gunung Padang, akhirnya kami bisa cepat tiba di parkiran situs megalitik Gunung Padang. Sebelum menaiki tangga, terlihat ada bangunan yang nantinya akan digunakan untuk loket karcis. Seorang juru pelihara dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Serang meminta kami mengisi buku tamu, lalu ia menunjukkan pada kami tangga menuju situs. Ada dua tangga yang bisa menjadi pilihan, yaitu 729 tangga di sebelah kiri atau jalan sebelah kanan dengan rute yang jauh. Lalu ia mempersilahkan kami memberikan sumbangan alakadarnya.13271676531896329666

Mendengar kata 729 tangga, saya sempat menahan nafas. Terbayang perjuangan yang harus saya lalui menuju situs itu. Lalu kami berempat bersepakat menempuh jalan 729 tangga. Dan ternyata bukan 729-nya yang membuat jantung saya bekerja keras, namun kecuramannya yang memaksa saya berkali-kali istirahat dan menapaki tangga demi tangga dengan gaya reptile yang perlahan-lahan bergerak dengan menggunakan keempat kakinya menaiki tangga. Lemak di paha saya terasa berguguran karena gerakan gaya reptile saya hehe. Sesampai di atas saya langsung sadar, ternyata informasi tangga itu berjumlah 729 hanya akal-akalan saja untuk menakuti saya hehe. Mungkin angka itu menunjukkan jumlah batu yang digunakan untuk membuat tangga, bukan jumlah tangganya! Dengan terengah-engah karena telah melalui suatu perjuangan yang berat, saya merasa girang karena telah berhasil mencapai puncak Gunung Padang di mana bertebaran batuan selurus mata memandang.1327167781658168773

Situs megalitik Gunung Padang menempati areal kira-kira seluas 3 ha. Menurut website Kabupaten Cianjur, situs ini merupakan situs punden berundak terbesar di Asia Tenggara. Situs ini ditemukan pada tahun 1914 berdasarkan laporan Rapporten van de oudheid-kundigen Dienst (ROD). Lalu pada 1979 diadakan peninjuan dan penelitian. Menurut penduduk setempat, situs ini mulai ramai dikunjungi masyarakat pada tahun 2008. Namun para pengunjung masih terbatas pada penduduk local di sekitar Cianjur.

Saat beristirahat sambil menikmati semilir angin pegunungan, saya sempat mengobrol dengan pupuhu (ketua) Komunitas NTPB yang ikut serta dalam kunjungan perdana kami ke Gunung Padang tentang keberadaan situs ini. Diperkirakan situs ini sudah ada ribuan tahun yang lalu dan batu-batu yang berbentuk persegi panjang yang berserakan di situs ini dulunya memang sudah ada di sana, namun terpencar, lalu dikumpulkan dan dipusatkan keberadaannya di Gunung Padang dan digunakan sebagai tempat pemujaan nenek moyang kita. Keberadaan batuan ini merupakan hasil aktivitas vulkanologi. Ada pula cerita yang mengisahkan bahwa batuan itu merupakan sebagai bukti Prabu Siliwangi, raja kerajaan Pajajaran, berusaha membangun istana dalam waktu satu malam.

Setelah puas berfoto dan beristirahat, maka kami meninggalkan situs, turun dengan menggunakan tangga yang landai. Dari situs Gunung Padang, kami tidak langsung pulang, namun kami mampir ke Stasiun Lempegan yang terletak sekitar 8 km dari Gunung Padang. Beberapa meter sebelum stasiun terdapat gua sepanjang 415 meter buatan Belanda. Terbayang saat kereta lokomotif masih berfungsi,saat kereta melewati gua, gerbong kereta menjadi gelap, maka para penumpang menyalakan lilin. Saat ini stasiun Lempegan digunakan sewaktu-waktu untuk membawa pengunjung dari Bandung menuju Situs Megalitik Gunung Padang.1327167833612730209

Jadi di Gunung Padang dan Lampegan, pengunjung bisa belajar sejarah, bernostalgia, sekaligus berolahraga (sport jantung). Dan bagi para wanita, menaiki tangga curam yang katanya berangka 729 adalah juga sekaligus mempercepat lisis (penghancuran) lemak tentunya hehe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar