Selasa, 24 Januari 2012

Gua Jomblang Kabupaten Gunung Kidul - D.I. Yogyakarta - Indonesia


Foto 1 dari  1Gua Jomblang di Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung KidulFoto 1 dari  1Gua Jomblang di Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul
Foto 1 dari  1
Gua Jomblang di Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul



Gua Jomblang di Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul

A. Selayang Pandang

Gua Jomblang merupakan satu dari sekitar 500 gua yang terdapat di kawasan pegunungan karst Gunung Kidul. Gua Jomblang merupakan gua vertikal yang jarak antara bibir gua dengan dasarnya beragam, jarak paling jauh sekitar 80 m. Oleh karena itu, untuk memasukinya dibutuhkan kemampuan melakukan Single Rope Technique (SRT). SRT sendiri merupakan teknik yang digunakan untuk menelusuri gua vertikal dengan menggunakan satu tali sebagai lintasan untuk naik dan turun medan-medan vertikal.

Permukaan Gua Jomblang

Sumber Foto: www.wisatamelayu.com
Untuk masuk ke dasar Gua Jomblang, penjelajah alam dapat memilih salah satu dari empat jalur yang biasa dilewati. Jalur pertama merupakan yang termudah dan sering disebut sebagai jalur ‘VIP‘. Di jalur VIP, 15 m pertama merupakan lintasan terjal yang masih bisa ditapaki dengan kaki. Namun, karena lintasan tersebut cukup terjal, maka peralatan SRT lengkap tetap harus digunakan untuk menjamin keselamatan. Sisa jarak dengan dasar gua, ditempuh dengan SRT, meluncur ke bawah dengan tali sejauh kurang lebih 20 meter. Sementara itu, ketiga jalur lainnya lebih sulit dibanding jalur VIP ini. Hal ini dikarenakan penjelajah harus menggunakan SRT sejak ketinggian 80 m (jalur A), 60 m (jalur B), dan 40 m (jalur C). Bagi penjelajah yang baru pertama kali memasuki gua vertikal, sangat disarankan untuk menggunakan jalur VIP terlebih dahulu. Namun, bagi mereka yang sudah sering memasuki gua vertikal, ketinggian lintasan gua vertikal merupakan tantangan tersendiri, meski tetap harus memikirkan faktor keselamatan.

Lintasan VIP, lintasan termudah yang biasa digunakan para penjelajah

Sumber Foto: www.wisatamelayu.com
Gua yang berdiameter sekitar 50 m ini, pertama kali dijelajahi pada tahun 1984 oleh Acintyacunyata Speleological Club (ASC), kelompok penjelajah gua dari Kota Yogyakarta. Gua ini, memiliki sejarah yang cukup kelam. Di era 1970—1980an, gua ini dijadikan lokasi pembunuhan massal anggota PKI. Diperkirakan, ratusan anggota PKI telah menemui ajalnya di gua ini. Mereka, secara berkelompok, dijejerkan di bibir gua dengan tangan yang terikat satu sama lain. Sehingga, ketika salah satu ditembak hingga jatuh ke dalam gua, anggota lainnya akan terikut jatuh pula. Cerita kelam gua ini, sempat membuat takut masyarakat setempat. Berbagai cerita angker pun turut menyertainya, di antaranya cerita tentang penjelajah yang hilang di gua ini. Pada tahun 1990-an, masyarakat sekitar Gua Jomblang menggelar doa bersama di gua tersebut. Sejak saat itu, tidak ada lagi penjelajah gua yang hilang ditelan gelapnya Gua Jomblang.

B. Keistimewaan

Jalur yang harus dilalui untuk mencapai dasar Gua Jomblang memang melelahkan. Terutama bagi yang belum terbiasa memasuki gua vertikal. Belum lagi cerita-cerita seram seputar Gua Jomblang dari para penjelajah yang pernah masuk, mungkin akan membuat penjelajah merasa gentar sebelum memasuki gua. Namun, begitu masuk ke dalamnya segala kelelahan dan ketakutan akan terganti oleh rasa kagum akan keindahan Gua Jomblang.
Di dasar gua, beberapa pohon tumbuh merimbun, sedangkan pada bagian dinding kapurnya ditumbuhi oleh tanaman perdu. Sampai di dasar ini, penjelajah dapat beristirahat sebentar di sebuah bilik hasil bentukan alam. Seusai beristirahat, penjelajah dapat meneruskan perjalanan dengan menelusuri lorong yang menghubungkan Gua Jomblang dengan gua vertikal lainnya yang bernama Grubug. Lorong ini cukup lebar dengan panjang sekitar 500 m. Menelusuri lorong ini tidaklah terlalu sulit, karena telah ada jalan setapak yang terbentuk dari bebatuan yang disusun memanjang. Namun, penjelajah tetap harus berhati-hati, karena suhu gua yang lembab menyebabkan jalan sepanjang lorong ini menjadi licin.

Bilik hasil bentukan alam

Sumber Foto: www.wisatamelayu.com
Di ujung lorong yang juga menjadi dasar Gua Grubug, penjelajah dapat melihat keindahan luar biasa. Dua buah stalagmit besar berwarna hijau kecoklatan berdiri tegak di tengah dasar Gua Grubug. Jika penjelajah dapat mencapai dasar Grubug pada pukul 13.00 WIB, pemandangan sinar matahari yang menerobos kegelapan abadi di dasar Gua Grubug akan begitu menakjubkan. Sinar ini menyentuh sejumlah stalaktit dan stalagmit yang terbentuk oleh  tetesan air selama ribuan tahun.

Sinar matahari menerobos masuk dari mulut Gua Grubuk (kiri) dan
salah satu stalagmit besar yang terdapat di dasar gua (kanan)

Sumber Foto: Koleksi Abhe Fallah | Email: abhecaver@yahoo.com
Di sisi utara stalagmit besar, terdapat aliran sungai yang berasal dari Kali Suci. Di musim kemarau, penjelajah dapat menggunakan perahu karet untuk mengikuti arus sungai yang tidak terlalu besar ini. Arus sungai ini menghubungkan dasar Gua Grubug dengan beberapa gua lainnya di sekitar pegunungan karst tersebut. Namun, jika musim hujan tiba, aliran sungai ini akan semakin deras dan juga semakin dalam. Disarankan untuk tidak mencoba berperahu pada musim hujan, sebab akan sangat berbahaya jika memaksakannya.

C. Lokasi

Gua Jomblang terletak sekitar 50 km di sebelah tenggara Kota Yogyakarta atau sekitar 10 km dari Wonosari, Ibu kota Kabupaten Gunung Kidul, tepatnya di Dukuh Jetis Wetan, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi DI Yogyakarta, Indonesia.

D. Akses

Untuk mencapai Gua Jomblang, penjelajah dapat menggunakan transportasi umum. Dari Terminal Bus Giwangan, Kota Yogyakarta, penjelajah dapat menggunakan bus jurusan Jogja-Wonosari dan membayar sekitar Rp 5.000,00 menuju ke Simpang Lima Wonosari. Dari sini, perjalanan masih dilanjutkan dengan menggunakan angkutan kota menuju Kecamatan Semanu, dengan membayar ongkos sekitar Rp 3.000,00 (November 2008).
Setelah tiba di Desa Semanu, disarankan kepada para penjelajah untuk menuju rumah Kepala Dukuh Jetis Wetan terlebih dulu, untuk menitipkan barang-barang yang tidak akan digunakan selama di dalam gua. Dari rumah kepala dukuh, pengunjung masih harus berjalan kaki lagi sekitar 3 km lagi untuk sampai ke bibir gua.
Penggunaan kendaraan umum menuju Gua Jomblang memang agak merepotkan. Jika ingin lebih mudah, penjelajah dapat menyewa kendaraan, baik berupa motor ataupun mobil. Perjalanan menuju Gua Jomblang dengan kendaraan sewaan ini akan memakan waktu sekitar 2 jam perjalanan dari Kota Yogyakarta. Jalan di Desa Semanu masih berbatu-batu, karena itu sangat disarankan kepada pengunjung untuk mengecek kondisi kendaraan, terutama ban, agar keselamatan lebih terjamin.

E. Harga Tiket

Untuk memasuki Gua Jomblang, penjelajah tidak dikenakan biaya tiket.

F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya

Rumah Kepala Dukuh Jetis Wetan, selain digunakan sebagai tempat menitip barang, biasanya juga digunakan untuk persinggahan sementara, baik sebelum masuk ke gua, maupun seusai keluar dari gua. Terkadang, Kepala Dukuh beserta istrinya akan menyediakan air putih atau teh hangat kepada para penjelajah. Selain itu, di sini pun para penjelajah dapat menggunakan kamar mandi milik kepala dukuh, untuk membersihkan lumpur-lumpur yang melekat di tubuh selama penjelajahan ke dalam gua. Atas kesedian kepala dukuh yang mau membuka rumahnya ini, biasanya para penjelajah memberikan uang seikhlasnya.

Persiapan kelengkapan peralatan

Sumber Foto: www.wisatamelayu.com
Untuk masuk ke dasar Gua Jomblang, bukanlah hal yang mudah dicapai oleh wisatawan umum. Untuk menikmati keindahan serta misteri gua ini, penjelajah yang masih awam dengan medan gua vertikal, disarankan untuk menggunakan pemandu yang berpengalaman. Selain itu, penjelajah juga diharuskan untuk memiliki peralatan lengkap, karena keselamatan akan menjadi taruhannya. Bagi penjelajah yang tidak memilikinya, dapat menghubungi kelompok-kelompok jelajah gua yang memiliki peralatan keselamatan standard internasional, yang biasanya juga mau menjadi pemandu. Salah satunya adalah Acintyacunyata Speleological Club (ASC) yang terletak di Jalan Kusumanegara 278, Kota Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar