Kala itu, 5 April 1815, Gunung Tambora di Sumbawa mulai gelisah, "batuk-batuk" dan bergemuruh. Kondisi ini terus terjadi, klimaksnya, pada 11 dan 12 April, ia meletus. Bumi bagai terguncang, letusannya terdengar lebih dari 2.000 kilometer, debu berhamburan ke angkasa -- langit pun gelap gulita hingga berhari-hari lamanya.
Itu adalah letusan paling dahsyat yang pernah tercatat dalam sejarah.
Bayangkan, lelehan lava panas, batu yang berterbangan, dan gas mematikan yang ke luar dari perut Tambora, merenggut puluhan ribu orang di sekitarnya.
Efeknya bahkan dirasakan di belahan dunia lain -- Eropa dan Amerika Utara mengalami musim dingin yang panjang. Salju turun di tengah musim dingin di Australia dan Afrika Selatan. Tahun berlalu tanpa musim panas, "The year without summer" -- ketika suhu sangat dingin, manusia dan hewan membeku, panen gagal, dan orang-orang ketakutan, mengira saat itu kiamat akan segera tiba.
April 2015 mendatang, akan diperingati dua abad letusan Tambora. Salah satu yang akan ditunjukkan pada dunia adalah situs-situs yang ditemukan di sekitar gunung: sisa-sisa peradaban kuno dan kerangka dua orang dewasa yang terkubur abu Tambora di kedalaman 3 meter. Diduga, itu adalah sisa-sisa Kerajaan Tambora yang tragisnya 'diawetkan' oleh dampak letusan dahsyat itu.
Temuan itulah yang kemudian membuat Tambora mendapat julukan, "Pompeii di Timur." Pompeii adalah nama kota Romawi di dekat Naples, Italia yang disapu oleh letusan dahsyat Gunung Vesuvius. Kota tersebut terkubur di bawah timbunan abu raksasa dan lenyap selama 1.600 tahun sebelum ditemukan kembali secara tidak sengaja.
Tiga kerajaan terkubur
Sebelum amuk Tambora, ada tiga kerajaan yang berkuasa di sekitarnya: Tambora, Pekat dan Sanggar. Hingga kini, penelitian belum bisa memastikan di mana persisnya lokasi tiga kerajaan yang tertimbun abu, debu serta lahar Tambora.
Peneliti Balai Arkeologi Denpasar, Made Grie mengatakan, salah satu alasannya, hingga saat ini temuan benda bersejarah di Gunung Tambora masih sedikit. Meski, tim peneliti Arkeologi Denpasar baru-baru ini menemukan rangka rumah tradisional yang terbuat dari kayu. Rumah tersebut terdiri dari atap yang terbuat dari alang-alang serta beberapa perabotan rumah yang sudah porak-poranda.
"Belum ada temuan baru di sekitar Tambora, hanya saja baru-baru ini kami menemukan rangka rumah tradisional layaknya rumah adat warga Bima,"kata Made Grie kepada VIVAnews.com yang menghubunginya dari Mataram.
Rumah tersebut, lanjut Made Grie layaknya rumah panggung yang kemungkinan bagian dari pemukiman masyarakat Kerajaan Tambora. Meski begitu, Grie belum dapat memastikan di mana letak sebenarnya istana Tambora tersebut. Dia menduga keberadaan istana tersebut berada di sekitar perkebunan kopi di Kecamatan Tambora.
Selain rumah itu, tim juga menemukan sejumlah benda bersejarah lainnya seperti keris, pecahan keramik, alat tenun, tali kuda, dan perhiasan. Menurutnya, jumlah temuan tim arkeolog Denpasar itu berkisar antara 10 item lebih. Kini hasil temuan itu disimpan di Balai Arkeologi Denpasar untuk diteliti.
Temuan-temuan itu, lanjut Made Grie mengindikasikan keberadaan dua kerajaan yakni Pekat dan Tambora. Sementara untuk kerajaan Sanggar masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.
Made Grie menjelaskan, keberadaan dua kerajaan -- Tambora dan Pekat secara geografis memungkinkan berada di perkebunan kopi. Pasalnya letak perkebunan kopi yang cukup luas dan menghadap ke Pelabuhan Kenanga. "Tapi itu membutuhkan penelitian dan kami pelajari lebih lanjut. Saya punya anggapan indikasi letak kesultanan Tambora berada di lokasi tanah lapang di perkebunan kopi,"ujarnya.
Tidak hanya itu, indikasi lain yang perlu dipelajari, kata Made Grie, adalah keberadaan penjajah Belanda yang pernah berkuasa, memungkinkan jika pondasi istana kerajaan itu sudah diperbaharui. Artinya bisa jadi Belanda membuat pondasi baru diatas pondasi kerajaan tersebut, sehingga membutuhkan ketelitian untuk mengetahui apakah sisa-sisa istana Tambora masih ada.
Prediksi itu, menurut Made akan ditindak lanjuti terlebih pernah ditemukannya kerangka manusia. Hingga saat ini Balai Arkeologi Denpasar belum membuat peta secara keseluruhan terkait keberadaan kesultanan Tambora dan Pekat itu.
Dia yakin, keberadaan kesulatanan Tambora merupakan kawasan pusat perekonomian. Tempat itu diprediksi sebagai daerah suplai komoditi dan ekspor-import di Bima. Maka itu, dibutuhkan waktu lama dan tentunya tenaga untuk mengungkap misteri kerajaan Tambora dan Pekat yang terkubur akibat letusan Gunung Tambora.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar