Di kaki gunung Sindoro, tepatnya di desa Pringapus sekitar 2,50 Km dari kota Ngadirejo Kabupaten Temanggung Jawa Tengah, sebuah candi tersembunyi di tengah perkampungan penduduk di balik kerimbunan rumpun bambu, tidak banyak orang mengenalnya, meskipun candi itu telah ratusan tahun silam berdiri dengan megah disitu, tidak jauh dari lokasi Candi Pringapus juga ada candi lain yaitu Candi Perot sayangnya kini hanya tinggal puing-puing reruntuhannya, padahal keberadaan Candi Perot juga tak kalah pentingnya, karena di candi itu pada tahun 1819 M ditemukan sebuah prasasti yang menyebutkan angka tahun 772 Caka atau 15 Juni 850 M.
Prasasti yang berada di Candi Perot disebut Prasasti Tulang Air, yang ditulis dalam huruf dan bahasa Jawa Kuno, prasasti tersebut berisi tentang penetapan Ratu Sima oleh Rakai Panantapan Pu Manuku atas sebuah bangunan suci di desa Tulang Air, Rakai Panantapan Pu Manuku adalah pejabat pemerintah kerajaan Mataram Kuno yang dibawah kekuasaan Rakai Pikatan.
Tulang Air merupakan prasasti tertua yang memuat daftar para pejabat dibawah raja yang berkuasa saat itu yaitu Rakai Pikatan ( Februari 847 - 27 Mei 855 M ), disebutkan pula bahwa Rakai Pikatan juga salah satu raja yang mendirikan Candi Prambanan dimana daerah sekitarnya masuk dalam wilayah kekuasaannya.
Sesuai toponim Pikatan yang sangat dikenal di daerah Temanggung, ada kemungkinan besar masih banyak lagi peninggalan-peninggalan arkeologis pada masa klasik di wilayah Temanggung dan sekitarnya.
Informasi mengenai Candi Pringapus dikenal dari tulisan seorang peneliti asing Junghuhn pada tahun 1844, maupun tulisan-tulisan lain seperti Hoopermans tahun 1865 dan Veth tahun 1878, adapun deskripsi lebih lengkap terdapat pada tulisan Knebel tahun 1911/ 1912, selanjutnya pada tahun 1930 Candi Pringapus dipugar oleh Dinas Purbakala.
Berdirinya Candi Pringapus dan Candi Perot menunjukkan bahwa dahulu di daerah tersebut terdapat komunitas pemeluk agama Hindu yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kerajaan Mataram Kuno.
Bukti-bukti yang menunjukkan bahwa candi-candi tersebut adalah candi Hindu adalah: adanya Arca Nandi, Yoni, Durgamahisamardhini.
Motiv-motiv khas yang berada pada Candi Pringapus terdapat pada dinding kanan dan kiri yang berupa sulur-suluran dikombinasikan dengan gambar manusia kerdil dan Kinnara - Kinnari pemain musik yang berujud mahluk khayangan bertubuh burung berwajah manusia, sedangkan di bagian depan di kanan dan kiri pintu terdapat juga motiv sulur-suluran dan sepasang lelaki dan perempuan sedang bermesraan serta seorang lelaki duduk sendirian membawa seikat bunga, adapun di ambang atas pintu terdapat Kala yang memiliki cakar dan rahang bawah yang berbeda dengan candi-candi di Prambanan dan sekitarnya, namun terdapat pada candi-candi di Dieng dan Jawa Timur
.
Sampai dengan saat ini Candi Pringapus masih berdiri dengan megah dan tidak berkurang keindahanya, tidak jauh dari candi itu kalau kita berjalan naik menyusuri lereng Sindoro kira-kira 1,00 - 2,00 Km di bawah hutan wisata Jumprit kita akan menjumpai peninggalan arkeologis lain seperti Situs Liyangan yang baru saja diketemukan tahun 2008 di Desa Purbasari maupun petilasan Nujum Majapahit di dekat mata air Sungai Progo yang sering di jadikan tempat ritual pengambilan air suci setiap hari raya Waisak, ayo kunjungi saja dari pada penasaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar